Samsung mengumumkan bahwa sistem operasi buatannya, Tizen, kini akan menjadi open source dan di-porting ke arsitektur CPU RISC-V. Pengumuman ini disampaikan pada acara Samsung Developer Conference yang berlangsung pada 4 Oktober lalu. Langkah ini menjadikan Tizen OS terbuka untuk dikembangkan oleh siapa saja secara gratis, menawarkan potensi besar bagi para pengembang dan produsen perangkat untuk berinovasi tanpa batasan lisensi.
Selama ini, perusahaan seperti Apple, AMD, Arm, dan Intel mengandalkan paten untuk melindungi arsitektur CPU mereka, yang berarti produsen perangkat harus membayar biaya lisensi. Kebijakan tersebut menyebabkan harga perangkat cenderung tinggi dan membatasi ruang gerak pengembang untuk berinovasi secara bebas. Namun, dengan mengadopsi RISC-V, sebuah arsitektur CPU open source yang bebas royalti, Samsung membuka peluang baru dengan menjadikan Tizen OS sebagai alternatif yang lebih fleksibel dan terjangkau.
Baca Juga: Samsung Galaxy S25 Bakal Jadi yang Terakhir Diproduksi? Ini Alasan Dibaliknya?
RISC-V sendiri telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir berkat sifatnya yang bebas lisensi, memungkinkan siapa saja untuk mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak berdasarkan arsitektur tersebut. Dengan mem-porting Tizen ke RISC-V, Samsung ingin mendorong adopsi Tizen OS di lebih banyak perangkat serta memperluas ekosistem pengembangannya.
Selain menjadikan Tizen open source, Samsung juga mengumumkan langkah signifikan lainnya, yaitu memindahkan Flutter, sebuah toolkit UI open source yang dikembangkan oleh Google, ke Tizen OS di RISC-V. Flutter telah dikenal sebagai alat yang efektif untuk pengembangan aplikasi lintas platform, dan dengan integrasinya ke dalam Tizen, pengembang akan mendapatkan kesempatan untuk membuat aplikasi dengan biaya dan waktu yang lebih efisien.
Langkah ini tidak hanya membuka peluang baru dalam pengembangan aplikasi berbasis Tizen, tetapi juga memperluas cakupan penggunaan Flutter di berbagai perangkat. Meski begitu, Samsung menyatakan bahwa software development kit (SDK) untuk Tizen OS baru akan tersedia pada tahun 2026 mendatang, memberikan waktu bagi para pengembang untuk mempersiapkan transisi tersebut.
Dengan menjadikan Tizen OS open source dan mendukung arsitektur RISC-V, Samsung berharap dapat menarik minat lebih banyak pengembang dan produsen perangkat untuk bergabung dalam ekosistem Tizen. Selama ini, Tizen digunakan terutama pada perangkat wearable, seperti smartwatch Samsung, serta beberapa perangkat rumah pintar. Langkah ini diharapkan dapat memperluas penggunaan Tizen di berbagai kategori perangkat, termasuk smartphone, tablet, dan perangkat IoT.
Pergeseran ke model open source memungkinkan Tizen bersaing lebih kompetitif dengan sistem operasi lain, seperti Android dan iOS, yang telah mendominasi pasar smartphone. Dengan memberikan kebebasan lebih kepada pengembang dan produsen, Samsung membuka jalan bagi munculnya inovasi yang lebih cepat dan lebih banyak di ekosistem Tizen.
Meskipun menjadikan Tizen sebagai open source adalah langkah maju yang signifikan, tantangan tetap ada. Tizen masih perlu membuktikan kemampuannya untuk bersaing dengan sistem operasi yang lebih mapan seperti Android dan iOS. Selain itu, perlu upaya ekstra untuk membangun komunitas pengembang yang kuat agar ekosistem Tizen dapat tumbuh dengan cepat dan menyediakan lebih banyak aplikasi berkualitas tinggi.
Namun, dengan adopsi RISC-V dan integrasi Flutter, masa depan Tizen terlihat menjanjikan. Kombinasi dari teknologi bebas lisensi dan alat pengembangan lintas platform yang andal dapat menjadi kunci untuk menarik minat para pengembang dan mempopulerkan Tizen di kalangan pengguna.