Apple setuju membayar denda US$ 95 juta (sekitar Rp 1,53 triliun) untuk menyelesaikan gugatan class action terkait pelanggaran privasi oleh asisten suara Siri. Gugatan ini menuduh Siri merekam percakapan pribadi pengguna tanpa izin dan membagikannya ke pihak ketiga, termasuk pengiklan.
Gugatan ini bermula dari keluhan pengguna tentang perekaman percakapan pribadi setelah aktivasi Siri yang tidak disengaja. Asisten AI ini seharusnya aktif dengan kata kunci “Hai, Siri,” namun diduga tetap “mendengarkan” percakapan di luar aktivasi tersebut.
Baca Juga: Apple Diam-Diam Unduh Data Pengguna iPhone Lewat Foto: Cara Menonaktifkannya
Bagaimana Siri Merekam Percakapan Pengguna?
Menurut laporan CNN, Sabtu (4/1/2024), beberapa penggugat melaporkan bahwa percakapan mereka tentang produk atau layanan tertentu memicu munculnya iklan terkait di perangkat mereka.
Contohnya, percakapan tentang sepatu kets Air Jordan dan restoran Olive Garden memicu iklan untuk produk dan restoran tersebut. Kasus lain melibatkan iklan perawatan bedah setelah diskusi pribadi dengan dokter.
Gugatan class action ini mencakup periode dari 17 September 2014 hingga 31 Desember 2024. Periode ini dimulai saat Siri memperkenalkan fitur “Hai, Siri” yang diduga memicu perekaman suara yang tidak sah.
Diperkirakan puluhan juta pengguna terlibat dalam gugatan ini. Mereka berpotensi menerima ganti rugi hingga US$ 20 (sekitar Rp 323.940) per perangkat yang menggunakan Siri, seperti iPhone dan Apple Watch.
Meskipun setuju untuk membayar denda, Apple membantah telah melakukan kesalahan. Penyelesaian ini diajukan pada Selasa (31/12/2024) malam waktu setempat ke pengadilan federal Oakland, California.
Penyelesaian ini masih menunggu persetujuan dari Hakim Distrik AS Jeffrey White. Jika disetujui, pembayaran ini akan menyelesaikan perselisihan hukum yang telah berlangsung lama.
Kasus ini menyoroti pentingnya privasi data dalam era digital, terutama terkait penggunaan asisten suara. Pengguna semakin sadar akan potensi perekaman dan penggunaan data pribadi mereka.
Kejadian ini juga dapat memengaruhi praktik industri teknologi secara keseluruhan. Perusahaan-perusahaan teknologi diharapkan lebih transparan dan bertanggung jawab dalam mengelola data pengguna.
Kasus ini mirip dengan gugatan yang dihadapi Google terkait asisten suara mereka. Gugatan serupa untuk pengguna Google Voice Assistant juga sedang diproses di pengadilan federal San Jose, California, di distrik yang sama dengan pengadilan Oakland.
Hal ini menunjukkan bahwa isu privasi terkait asisten suara menjadi perhatian serius di industri teknologi. Perusahaan-perusahaan teknologi perlu berinvestasi dalam teknologi dan kebijakan privasi yang lebih baik untuk melindungi data pengguna.